Aku akan meninggalkan kampung,menuju tempat baru yang sebelumnya
tak pernah terbayangkan olehku. Menapaki langkah ke lampung untuk menimba ilmu yang satu tahun sempat terhenti dan menunggu di putaran tes
selanjutnya. Berbagai cerita mewarnai sepanjang perjalanan menuju bangku
perkuliahan dan final di Itera Lampung melalui jalur SBMPTN 2017. Aku akan kehilangan beberapa suasana khas di kampung
dan itu mungkin yang tergambar ketika aku mengingat memori tentang kampung
tatkala di perantauan. Ketika pagi menyapa, aku tak bisa lagi menyaksikkan secara langsung lamat-lamat matahari muncul di ufuk timur dari teras
rumah. Di posisi mulai merangkak naik, terlihat pancaran sinarnya merambat di
celah-celah pohon siapi-api yang kebetulan searah dengan pandanganku. Kemudian sinar itu membias sehingga terbentuk cahaya yang tak koheren karena terhalangi oleh dedaunan dan ranting pohon,menyebar dan membentuk suatu pemandangan yang seolah-olah memberikan semangat baru di pagi hari . Aku tak bisa lagi menikmati sensasi bersantai di pantai,yang memiliki rasa yang berbeda dari tempat lain. Merehatkan diri di pondok kecil yang menghadap ke pantai sembari merasakan desiran angin menyentuh kulit serta ditemani riak gelombang dan memandangi pulau-pulau yang jauh terpencil. Begitupun di sore hari
mengunjungi tempat-tempat yang ramai ketika weekend atau musim libur panjang. Hal itu memberikan hiburan
tersendiri di kala menikmati waktu-waktu senggang di kampung .
Akupun pamit kepada orangtua,nenek,dan saudara-saudaraku. Banyak nasehat yang di sampaikan dan di pesankan. Aku mencoba memahami maksudnya dan mungkin menjadi pengingat bagiku di suatu hari nanti. Aku menuju lampung bersama adik kelasku yang juga diterima di kampus yang sama. Perjalanan satu hari satu malam ku lalui di dalam bis,saat pemberhentian ketika telah sampai di rumah makan atau kondisi bis yang tak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan alias rusak. Semakin jauh rute perjalanan yang ku tempuh, semakin jelas keindahan ranah minang terpampang di depan mata yang sebelumnya tak pernah terjarah oleh perjalananku. Begitupun,ketika memasuki provinsi lain seperti Jambi dan Sumatera Selatan, juga tak terlepas dari perhatianku sebelum sampai di Lampung.
![]() |
( Penampakan Sebatang Pohon Aru di Pesisir Pantai Ketaping ) |
Akupun pamit kepada orangtua,nenek,dan saudara-saudaraku. Banyak nasehat yang di sampaikan dan di pesankan. Aku mencoba memahami maksudnya dan mungkin menjadi pengingat bagiku di suatu hari nanti. Aku menuju lampung bersama adik kelasku yang juga diterima di kampus yang sama. Perjalanan satu hari satu malam ku lalui di dalam bis,saat pemberhentian ketika telah sampai di rumah makan atau kondisi bis yang tak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan alias rusak. Semakin jauh rute perjalanan yang ku tempuh, semakin jelas keindahan ranah minang terpampang di depan mata yang sebelumnya tak pernah terjarah oleh perjalananku. Begitupun,ketika memasuki provinsi lain seperti Jambi dan Sumatera Selatan, juga tak terlepas dari perhatianku sebelum sampai di Lampung.
Rute perjalananku finish di dekat fly over Way Halim. Untuk
satu bulan ke depan aku menginap di kosan salah seorang alumni SMA ku yang
menjadi dosen di ITERA Lampung. Way
halim adalah daerah pemukiman padat penduduk layaknya seperti di kota-kota pada
umumnya. Aku merasakan hiruk pikuk perkotaan pertamakali saat gedung-gedung menjulang
tinggi dan pusat-pusat perbelanjaan mulai menyapa sesaat sampai di Bandar
lampung. Begitupun menjamurnya toko-toko di pinggir jalan yang menyediakan
berbagai kebutuhan. Ada hal yang cukup menarik perhatianku di suatu sudut
kota,ada beberapa toko kecil yang menyediakan buah durian tiap harinya. Dan durian-durian
itu ada yang di kemas di dalam plastik,kotak dan tentunya juga bentuk aslinya. Yang
membuat aku heran karena di kampung hanya bisa melihat orang menjajakan durian atau mencicipinya
saat musim buah durian telah tiba. Mungkin karena lampung tempat persinggahan banyak
orang sehingga kebutuhan akan buah-buahan mudah untuk di penuhi.
Tanpa terasa masa perkuliahan hampir tiba,aku pindah ke Asrama TPB ITERA yang merintis di tahun 2017. Memiliki 2 gedung asrama yaitu untuk putra dan putri,terdiri dari 5 lantai dengan masing-masing 8 lorong di tiap asramanya. Di dekat asrama berdiri Masjid Raya At-Tanwir ITERA,yang merupakan masjid Kedua di dirikan setelah Masjid Baitul Ilmi. Masjid ini menjadi pusat pembinaan mahasiswa dengan berbagai kegiatan di antaranya ada kajian rutin,tahsin dan mabit. Karena dalam tahap pembangunan,masjid ini belum terlihat seperti masjid umumnya. Bahkan dari jauh tidak menyerupai bentuk masjid,karena belum di kasih kubah. Namun suara adzan yang bersahut-sahutan dari sinilah yang membuat beberapa pengendara untuk tak melewatkan shalat di Masjid At-Tanwir ITERA. Masjid ini memiliki desain interior yang tak biasa dan terkesan alamiah,ketika mendekati dan masuk ke dalam masjid maka akan terlihat ornamen dinding bebatuan. dengan ukuran yang berbeda,bebatuan itu tersusun di dalam besi yang di pancangkan, ketika cahaya merambat ia akan melewati celah-celah dari bebatuan sehingga terbentuk cahaya yang tidak koheren. Walaupun memiliki celah-celah di dindingnya,di saat kondisi hujan masjid tidak di masuki tempias air hujan. Masjid at-tanwir ITERA menjadi masjid yang paling ramai di kunjungi walaupun masih dalam tahap pembangunan. Beberapa kegiatan yang sebelumnya di langsungkan di masjid baitul ilmi mulai di pusatkan ke masjid yang baru ini.
Tanpa terasa masa perkuliahan hampir tiba,aku pindah ke Asrama TPB ITERA yang merintis di tahun 2017. Memiliki 2 gedung asrama yaitu untuk putra dan putri,terdiri dari 5 lantai dengan masing-masing 8 lorong di tiap asramanya. Di dekat asrama berdiri Masjid Raya At-Tanwir ITERA,yang merupakan masjid Kedua di dirikan setelah Masjid Baitul Ilmi. Masjid ini menjadi pusat pembinaan mahasiswa dengan berbagai kegiatan di antaranya ada kajian rutin,tahsin dan mabit. Karena dalam tahap pembangunan,masjid ini belum terlihat seperti masjid umumnya. Bahkan dari jauh tidak menyerupai bentuk masjid,karena belum di kasih kubah. Namun suara adzan yang bersahut-sahutan dari sinilah yang membuat beberapa pengendara untuk tak melewatkan shalat di Masjid At-Tanwir ITERA. Masjid ini memiliki desain interior yang tak biasa dan terkesan alamiah,ketika mendekati dan masuk ke dalam masjid maka akan terlihat ornamen dinding bebatuan. dengan ukuran yang berbeda,bebatuan itu tersusun di dalam besi yang di pancangkan, ketika cahaya merambat ia akan melewati celah-celah dari bebatuan sehingga terbentuk cahaya yang tidak koheren. Walaupun memiliki celah-celah di dindingnya,di saat kondisi hujan masjid tidak di masuki tempias air hujan. Masjid at-tanwir ITERA menjadi masjid yang paling ramai di kunjungi walaupun masih dalam tahap pembangunan. Beberapa kegiatan yang sebelumnya di langsungkan di masjid baitul ilmi mulai di pusatkan ke masjid yang baru ini.
![]() |
( Masjid At-Tanwir ITERA memiliki ormanen dinding dari batu kali,di susun dengan teknik bronjong dan kawat anyam sebagai penyangganya ) |
ITERA berdiri di atas lahan seluas 285 hektar,sebelumnya
di tempati oleh berbagai komoditi tanaman perkebunan. sehingga wajar di temukan
hamparan pohon karet yang belum di babat,begitupun tanaman lainnya karena masih
banyak lahan yang belum di realisasikan dalam pembangunan. Asrama ITERA berada
di lingkungan kampus, dan jarak ke gedung perkuliahan sedikit jauh sehingga
butuh beberapa menit untuk sampai . Di siang hari, terik matahari terasa begitu
menyengat tatkala berjalan ke kampus mengingat sedikitnya pohon-pohon di ITERA.
ketika di asrama,Dari ujung ke ujung lorong dapat memandangi gedung-gedung
ITERA, di malam hari terlihat kerlap-kerlip lampunya memberikan keseruan
tersendiri untuk melihat potret langsung yang ditampilkan. Dan ketika
mengarahkan mata di sisi lorong lain terhampar pepohonan karet
yang bisa menjadi alternatif hiburan di saat diri butuh pelarian dari
kejenuhan. Keteraturan susunan serta dedaunnya yang hijau bergerak mengikuti
arah terpaan angin,menjadi daya tarik tersendiri untuk memperhatikannya. Ketika
waktu-waktu senggang,aku terkadang jalan-jalan ke Bandar Lampung dan menemukan
nuansa yang berbeda tentunya dari yang ku temui di asrama ITERA. aku ingin
mengenali Bandar Lampung lebih jauh,mengamati berbagai sisi kehidupan yang di tampilkan
sehingga akan banyak hal-hal yang bisa ku ingat dan ceritakan tentang lampung
kepada orang lain. Biasanya aku berkunjung ke pasar untuk mencari barang murah,karena
kebetulan jarak yang tak terlalu jauh dari tempat tinggal. Sesekali ke gramedia untuk mencari buku-buku bacaan dan mengikuti
kegiatan kajian di masjid . Salah satu pasar terbesar yang ku kunjungi di Bandar
lampung adalah Pasar Bambu Kuning. Pasarnya terbentang luas,transaksi jual beli
bertebaran di setiap jalan yang ku lewati.Tidak terbatas di ruangan terbuka,ada
juga beberapa gedung pasar yang di dalamnya berjejer toko-toko yang menjajakan
dagangannya. Berbagai kebutuhan yang tidak ku temukan di pasar-pasar sebelumnya ternyata
di temukan disini.
Di kampus,aku masih berkutat dengan kegiatan perkuliahan dan belum berkecimpung di UKM karena masih masa TPB. Aku mulai menyatu dengan kehidupan di sini. Ada beberapa hal yang mendeskripsikan kehidupan satu tahun di asrama ITERA ; Menyaksikkan sunset dari Asrama,Lantunan suara adzan dengan ciri khasnya ketika waktu shalat telah tiba ,dan jalan berdebu di awal-awal perkuliahan serta hal-hal baru lainnya yang menambah pengalaman dan pemahaman hidupku selama di Lampung.
![]() | ||||||||||||||||||||||
( Suasana siang hari di Pasar Bambu Kuning dari Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) ) |
Di kampus,aku masih berkutat dengan kegiatan perkuliahan dan belum berkecimpung di UKM karena masih masa TPB. Aku mulai menyatu dengan kehidupan di sini. Ada beberapa hal yang mendeskripsikan kehidupan satu tahun di asrama ITERA ; Menyaksikkan sunset dari Asrama,Lantunan suara adzan dengan ciri khasnya ketika waktu shalat telah tiba ,dan jalan berdebu di awal-awal perkuliahan serta hal-hal baru lainnya yang menambah pengalaman dan pemahaman hidupku selama di Lampung.
Satu tahun di ITERA terasa begitu cepat berlalu. libur
panjang telah tiba, setengah bulan Ramadhan telah ku habiskan di sini dan
selebihnya ingin momen spesial ini ku lalui di kampung bersama keluarga. melihat
secara langsung perkembangan di kampung yang sebelumnya hanya ku saksikkan
lewat media sosial. Ada kesempatan untuk pulang kampung,aku akan menghabiskan
sisa-sisa bulan Ramadhan serta merayakan Lebaran Idul Fitri disana. Ada banyak
yang akan kuceritakan kepada mereka di rumah tentang kehidupan satu tahun
disini, Di sai bumi rang ruwa jurai, Lampung.