Masjid sepi karena tak ada lagi kegiatan seperti biasanya. Pelaksanaan shalat memang berjalan tapi tidak rutin lima waktu dan di hari-hari biasa tidak sampai satu shaf sholat. Di tengah keprihatinan itu semua Pak Husen hadir dikampung. Ia mengabdikan hidupnya di mesjid mulai dari mengajari al-qur’an dan bahasa arab,mengisi tausyiah ramadhan sampai menjadi khatib jum’at. Pak Husen hanya mengenyam pendidikan di SD dan tidak melanjutkan ke jenjang lebih tinggi dari sebelumnya. Penguasaan ilmu bahasa arab didapati dari guru-guru yang dijumpai di perantauan. Melalui itu digunakan untuk mendalami makna ayat al-qur’an dan hadis.
Dalam menyampaikan ceramah misalnya Pak Husen memulainya dengan membaca ayat yang akan dibahas. kemudian dengan bahasa yang lugas dijabarkan maksud ayat al-quran atau hadis sampai penerapannya. Terkadang ia selipkan pepatah-petitih minang yang berhubungan dengan topik agar lebih terkoneksi ke jemaah. Pembawaan khutbah jum’at kadang berapi-api ketika tema yang diangkat sangat krusial. Perjuangannya untuk lebih mentautkan hati orang-orang ke mesjid mendatangkan perubahan. Perlahan-lahan mulai ramai dan diikuti dengan peningkatan pembangunan masjid. Lantunan adzan yang dulunya jarang terngiang kini terdengar ke setiap penjuru di kampung. dilantangkan oleh anak muda maupun tua yang mengharapkan ampunan dari-Nya. Pemilik seruan adzan.
#Day 11
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar