Minggu, 21 Oktober 2018

Refleksi Satu Tahun

  Aku akan meninggalkan kampung,menuju tempat baru yang sebelumnya tak pernah terbayangkan olehku. Menapaki langkah ke lampung untuk menimba ilmu yang satu tahun sempat terhenti dan menunggu di putaran tes selanjutnya. Berbagai cerita mewarnai sepanjang perjalanan menuju bangku perkuliahan dan final di Itera Lampung melalui jalur SBMPTN 2017. Aku akan kehilangan beberapa suasana khas di kampung dan itu mungkin yang tergambar ketika aku mengingat memori tentang kampung tatkala di perantauan. Ketika pagi menyapa, aku tak bisa lagi menyaksikkan secara langsung lamat-lamat matahari muncul di ufuk timur dari teras rumah. Di posisi mulai merangkak naik, terlihat pancaran sinarnya merambat di celah-celah pohon siapi-api yang kebetulan searah dengan pandanganku. Kemudian sinar itu membias sehingga  terbentuk cahaya yang tak koheren karena terhalangi oleh dedaunan dan ranting pohon,menyebar dan membentuk suatu pemandangan yang seolah-olah memberikan semangat baru di pagi hari . Aku tak bisa lagi menikmati sensasi bersantai di pantai,yang memiliki rasa yang berbeda dari tempat lain. Merehatkan diri di pondok kecil yang menghadap ke pantai sembari merasakan desiran angin menyentuh kulit serta ditemani riak gelombang dan memandangi pulau-pulau yang jauh terpencil. Begitupun di sore hari mengunjungi  tempat-tempat yang ramai ketika weekend atau musim libur panjang. Hal itu memberikan hiburan tersendiri di kala menikmati waktu-waktu senggang di kampung .


( Penampakan Sebatang Pohon Aru  di Pesisir Pantai Ketaping )

 Akupun pamit kepada orangtua,nenek,dan saudara-saudaraku. Banyak nasehat  yang di sampaikan dan di pesankan. Aku mencoba memahami maksudnya dan mungkin menjadi pengingat bagiku di suatu hari nanti. Aku menuju lampung bersama adik kelasku yang juga diterima di kampus yang sama. Perjalanan satu hari satu malam ku lalui di dalam bis,saat pemberhentian ketika telah sampai di rumah makan atau kondisi bis yang tak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan alias rusak. Semakin jauh rute perjalanan yang ku tempuh, semakin jelas keindahan ranah minang terpampang di depan mata yang sebelumnya tak pernah terjarah oleh perjalananku. Begitupun,ketika memasuki provinsi lain seperti Jambi dan Sumatera Selatan, juga tak terlepas dari perhatianku sebelum sampai di Lampung.

  Rute perjalananku finish di dekat fly over Way Halim. Untuk satu bulan ke depan aku menginap di kosan salah seorang alumni SMA ku yang menjadi dosen di ITERA Lampung.  Way halim adalah daerah pemukiman padat penduduk layaknya seperti di kota-kota pada umumnya. Aku merasakan hiruk pikuk perkotaan pertamakali saat gedung-gedung menjulang tinggi dan pusat-pusat perbelanjaan mulai menyapa sesaat sampai di Bandar lampung. Begitupun menjamurnya toko-toko di pinggir jalan yang menyediakan berbagai kebutuhan. Ada hal yang cukup menarik perhatianku di suatu sudut kota,ada beberapa toko kecil yang menyediakan buah durian tiap harinya. Dan durian-durian itu ada yang di kemas di dalam plastik,kotak dan tentunya juga bentuk aslinya. Yang membuat aku heran karena di kampung hanya bisa melihat orang menjajakan durian atau mencicipinya saat musim buah durian telah tiba. Mungkin karena lampung tempat persinggahan banyak orang sehingga kebutuhan akan buah-buahan mudah untuk di penuhi.

  Tanpa terasa masa perkuliahan hampir tiba,aku pindah ke Asrama TPB ITERA yang merintis di tahun 2017. Memiliki 2 gedung asrama yaitu untuk putra dan putri,terdiri dari 5 lantai dengan masing-masing 8 lorong di tiap asramanya. Di dekat asrama berdiri Masjid Raya At-Tanwir ITERA,yang merupakan masjid Kedua di dirikan setelah Masjid Baitul Ilmi. Masjid ini menjadi pusat pembinaan mahasiswa dengan berbagai kegiatan di antaranya ada kajian rutin,tahsin dan mabit. Karena dalam tahap pembangunan,masjid ini belum terlihat seperti masjid umumnya. Bahkan dari jauh tidak menyerupai bentuk masjid,karena belum di kasih kubah. Namun suara adzan yang bersahut-sahutan dari sinilah yang membuat beberapa pengendara untuk tak melewatkan shalat di Masjid At-Tanwir ITERA. Masjid ini memiliki desain interior yang tak biasa dan terkesan alamiah,ketika mendekati dan masuk ke dalam masjid maka akan terlihat ornamen dinding bebatuan. dengan ukuran yang berbeda,bebatuan itu tersusun di dalam besi yang di pancangkan, ketika cahaya merambat ia akan melewati celah-celah dari bebatuan sehingga terbentuk cahaya yang tidak koheren. Walaupun memiliki celah-celah di dindingnya,di saat kondisi hujan masjid tidak di masuki tempias air hujan. Masjid at-tanwir ITERA menjadi masjid yang paling ramai di kunjungi walaupun masih dalam tahap pembangunan. Beberapa kegiatan yang sebelumnya di langsungkan di masjid baitul ilmi mulai di pusatkan ke masjid yang baru ini. 

( Masjid At-Tanwir ITERA memiliki ormanen dinding dari batu kali,di susun dengan teknik bronjong dan kawat anyam sebagai penyangganya )

  ITERA berdiri di atas lahan seluas 285 hektar,sebelumnya di tempati oleh berbagai komoditi tanaman perkebunan. sehingga wajar di temukan hamparan pohon karet yang belum di babat,begitupun tanaman lainnya karena masih banyak lahan yang belum di realisasikan dalam pembangunan. Asrama ITERA berada di lingkungan kampus, dan jarak ke gedung perkuliahan sedikit jauh sehingga butuh beberapa menit untuk sampai . Di siang hari, terik matahari terasa begitu menyengat tatkala berjalan ke kampus mengingat sedikitnya pohon-pohon di ITERA. ketika di asrama,Dari ujung ke ujung lorong dapat memandangi gedung-gedung ITERA, di malam hari terlihat kerlap-kerlip lampunya memberikan keseruan tersendiri untuk melihat potret langsung yang ditampilkan. Dan ketika mengarahkan mata di sisi lorong lain terhampar pepohonan  karet  yang bisa menjadi alternatif hiburan di saat diri butuh pelarian dari kejenuhan. Keteraturan susunan serta dedaunnya yang hijau bergerak mengikuti arah terpaan angin,menjadi daya tarik tersendiri untuk memperhatikannya. Ketika waktu-waktu senggang,aku terkadang jalan-jalan ke Bandar Lampung dan menemukan nuansa yang berbeda tentunya dari yang ku temui di asrama ITERA. aku ingin mengenali Bandar Lampung lebih jauh,mengamati berbagai sisi kehidupan yang di tampilkan sehingga akan banyak hal-hal yang bisa ku ingat dan ceritakan tentang lampung kepada orang lain. Biasanya aku berkunjung ke pasar untuk mencari barang murah,karena kebetulan jarak yang tak terlalu jauh dari tempat tinggal. Sesekali ke gramedia untuk mencari buku-buku bacaan dan mengikuti kegiatan kajian di masjid . Salah satu pasar terbesar yang ku kunjungi di Bandar lampung adalah Pasar Bambu Kuning. Pasarnya terbentang luas,transaksi jual beli bertebaran di setiap jalan yang ku lewati.Tidak terbatas di ruangan terbuka,ada juga beberapa gedung pasar yang di dalamnya berjejer toko-toko yang menjajakan dagangannya. Berbagai kebutuhan yang tidak ku temukan di pasar-pasar sebelumnya ternyata di temukan disini.

( Suasana siang hari di Pasar Bambu Kuning dari Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) )


 Di kampus,aku masih berkutat dengan kegiatan perkuliahan dan belum berkecimpung di UKM karena masih masa TPB. Aku mulai menyatu dengan kehidupan di sini. Ada beberapa hal yang mendeskripsikan kehidupan satu tahun di asrama ITERA ; Menyaksikkan sunset dari Asrama,Lantunan suara adzan dengan ciri khasnya ketika waktu shalat telah tiba ,dan jalan berdebu di awal-awal perkuliahan serta hal-hal baru lainnya yang menambah pengalaman dan pemahaman hidupku selama di Lampung.

  Satu tahun di ITERA terasa begitu cepat berlalu. libur panjang telah tiba, setengah bulan Ramadhan telah ku habiskan di sini dan selebihnya ingin momen spesial ini ku lalui di kampung bersama keluarga. melihat secara langsung perkembangan di kampung yang sebelumnya hanya ku saksikkan lewat media sosial. Ada kesempatan untuk pulang kampung,aku akan menghabiskan sisa-sisa bulan Ramadhan serta merayakan Lebaran Idul Fitri disana. Ada banyak yang akan kuceritakan kepada mereka di rumah tentang kehidupan satu tahun disini, Di sai bumi rang ruwa jurai, Lampung.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

   Namanya   Pak Husen dan berumur 38 tahun. Dulunya ia menetap di perantauan kota Jakarta dan bekerja di bagian konveksi pakaian. Saat itu,...